CERPEN : Surga Tersembunyi di Tebing Galunggung - Fathan Azira Baron 7B SMPN 135 JAKARTA
Pada suatu pagi di Kota Jakarta yang penuh dengan hiruk pikuk aktivitas warganya, terdapat sebuah keluarga kecil yang hidup sederhana, keluarga tersebut memiliki anak laki-laki yang memiliki kulit berwarna sawo matang dengan postur yang terbilang tinggi untuk seusianya, anak tersebut bernama Dio. Saat ini ia berumur 12 tahun lebih, namun dengan usianya yang terbilang muda, Dio merupakan anak yang mandiri dan selalu ceria dalam kesehariannya, ia juga memiliki hobi sebagai pencinta alam, walaupun usiannya masih muda namun ia sudah beberapa kali ikut mendaki gunung bersama Ayahnya.
Di sekolah, Dio terbilang anak yang cukup pintar, nilai pelajarannya selalu diatas rata-rata, dan ia baru saja diterima di sebuah SMP unggulan di daerah Jakarta, sekolah yang ia inginkan semenjak duduk di kelas 5 SD. Karena hal tersebut, Dio merasa sangat bahagia, namun ternyata kebahagiannya akan bertambah karena diam-diam Ayah dan Ibunya memiliki hadiah kejutan sebagai apresiasi pencapatan Dio tersebut.
“Dio, kemari sebentar nak!” Ayah Dio memanggil.
“Iya Ayah, ada apa?” jawab Dio
“Ayah dan Ibu ingin berbicara sebentar dengan kamu, karena kamu sudah berhasil mendapatkan sekolah unggulan yang kamu inginkan, Ayah dan Ibu ingin memberikan kamu sedikit hadiah.” kata Ayah dan Ibu.
“Wah mauuu.. Hadiah apa itu Ayah?” tanya Dio penasaran.
“Naah karena kamu menyukai alam, jadi Ayah dan Ibu ingin mengajak kamu pergi ke kampung halaman kita, mau kan?” jawab Ayah.
“Waah Dio mau banget, terima kasih ya Ayah dan Ibu!” kata Dio sambil berlari menuju Ayah Ibunya untuk memeluk mereka dengan bahagia.
Beberapa hari kemudian semenjak obrolan Dio bersama Ayah dan Ibu-nya, akhirnya Dio dan keluarganya siap untuk berangkat liburan ke kampung halamannya. Setelah semua dirasa sudah siap, mereka pun berangkat menggunakan mobil, dalam perjalanan ke kampung halaman tersebut mereka melewati beberapa kota terkenal seperti Bandung dan Garut. Saat melewati kota Garut, mereka terpaksa berhenti karena ban mobil Ayah mengalami kebocoran.
Setelah diperiksa dengan seksama, pada akhirnya mobil Ayah harus dimasukkan ke bengkel karena kondisinya tidak dapat diperbaiki dengan mudah. Bengkel tersebut tidak jauh dari jalan utama, dan tidak jauh dari bengkel tersebut ada sebuah warung makan yang menjajakan kue khas kota Garut yang bernama ‘Kue Burayot’. Kue burayot adalah kue yang terbuat dari campuran gula merah, tepung beras, dan kacang tanah. Kue tersebut juga memiliki bentuk yang cukup unik. Sambil menunggu mobil Ayah diperbaiki, Ibu membeli kue tersebut untuk mengganjal perut Dio sekeluarga yang lapar. Setelah dengan lahap menikmati beberapa kue tersebut hingga rasa lapar terobati sedikit, akhirnya ban mobil Ayah yang bocor sekarang sudah siap Kembali untuk melanjutkan perjalanan, Dio, Ayah, dan Ibu pun kembali melanjutkan perjalanan.
Setelah menempuh perjalanan yang jauh dan seru, akhirnya mereka pun sampai di daerah yang dituju yaitu singaparna, kota Tasikmalaya. Setibanya di kota tersebut, Ayah langsung mengarahkan mobilnya ke rumah Kakek dan Nenek. Memang, dari awal Dio sekeluarga berencana untuk menginap di rumah Kakek dan Nenek selama liburan di sana. Akhirnya mereka tiba di rumah Kakek dan Nenek, sesampainya di sana ternyata mereka sudah ditunggu oleh Kakek di depan pintu.
“Waahh cucu Kakek sudah besar ya sekarang, tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, terakhir Dio main ke sini masih sangat kecil. Yuk kita masuk, Nenek sudah menyiapkan makanan untuk kalian di dalam.” kata kakek sambil menyambut Dio dan keluarga.
Mereka pun langsung masuk kerumah dan berbincang-bincang bersama Kakek dan Nenek.
“Dio, besok kamu mau jalan-jalan gak?” tanya Kakek
“Wah mau banget Kek, tapiii.. mau jalan-jalan kemana Kek?” tanya Dio penasaran.
“Dio lihat saja nanti“ jawab kakek yang semakin membuat Dio penasaran.
Akhirnya Dio yang penasaran pun buru-buru tidur karena sudah tidak sabar menunggu esok hari.
“Kukuruyuukk..!!!” Suara ayam jago milik Kakek yang berkokok kencang menandakan pagi hari telah tiba.
“Tuk.. Tuk.. Tuk..” Suara pintu kamar Dio yang diketuk oleh Kakek untuk membangunkan cucunya yang masih tertidur lelap.
"Dio.. Ayo bangun, katanya mau jalan-jalan.” ujar Kakek membangunkan Dio dengan suara pelan
“Kakek, apa ini tidak terlalu pagi? Aku masih ngantuk” kata Dio yang setengah sadar.
“Ya sudah kalua Dio tidak mau melihat surga tersembunyi di sekitaran Lereng Galunggung“ kata Kakek.
Mendengar hal itu akhirnya Dio terbangun dengan penuh semangat, walaupun udara sangat dingin namun Dio lebih tertarik dengan petualangan yang ditawarkan oleh kakeknya tersebut.
Setelah mencuci muka, menyikat gigi, dan memakai jaket. Akhirnya Dio dan kakek siap untuk berangkat ke tempat yang dituju, namun sebelum berangkat Dio diberikan minuman hangat khas Tasikmalaya yang sudah disediakan oleh Nenek, minuman tersebut bernama Bandrek.
Setelah badan terasa hangat dan siap, akhirnya Dio dan Kakek pun berangkat ke tempat yang dijanjikan oleh Kakek. Di perjalanan ke sana, Dio melewati beberapa tempat yang indah nan menantang, seperti sungai galunggung, lereng gunung, dan juga melewati daerah yang rawan longsor di sekitar kaki gunung galunggung. Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, akhirnya mereka sampai ke tempat yang mereka tuju.
Dio merasa perjalanan itu sebanding dengan tempat yang dituju, karena ketika sampai Dio langsung melihat sebuah curug yang di sekitarnya memiliki pemandangan yang sangat indah, dipenuhi oleh tumbuhan yang segar, bunga bermekaran, dan kucuran air alam yang memiliki suara dan air yang jernih. Tempat tersebut juga memiliki sebuah curug yang berada disamping tebing dan airnya langsung mengalir ke bagian bawah kolam, aliran airnya tidak terlalu deras dan airnya yang cukup unik berwarna hijau jernih. Tempat tersebut dikenal dengan nama ‘Leuwi Hejo’.
“Waaah Kek, tempat apa ini? Indah sekali! Dio jadi ingin langsung berenang.” tanya Dio sambil bersiap-siap membuka jaketnya untuk mencoba bermain air.
“Ini namanya ‘Curug Pamutuh’, indah bukan? tapiii masih banyak sekali orang yang tidak tahu tempat ini loh!“ jawab kakek sambil melepas sepatunya untuk ikut bermain air bersama Dio.
“Iya kek, sayang padahal bagus ya kek” jawab Dio,
“Iya seharusnya curug ini lebih harus dilestarikan dan diperhatikan lagi.” kata kakek sambil menikmati keindahan Curug Pamutuh
“Andaikan semua orang bisa melihat keindahan curug ini.” kata Kakek lagi.
Mereka sangat menikmati keindahan curug pamutuh itu
Hari sudah siang, mereka harus pulang tetapi jalan yang seharusnya dilewati tiba-tiba longsor
“Kakek bagaimana ini jalannya longsor, kita lewat mana nih kek ?” tanya Dio yang kebingungan
“Tenang aja ada jalan lain kok ,kakek kan tahu jalannya.” jawab kakek menenangkan Dio yang kebingungan,akhirnya mereka mengambil jalan lain yang jarak nya sangat jauh, mau tak mau.
Akhirnya mereka pun harus menempuh perjalanan tersebut jalan yang mereka lewati sangatlah tidak terawat hari mau gelap mereka pun terpaksa harus bermalam di tengah perjalanan
“Dio, kamu tidur saja.” kata kakek.
“Tapi kakek bagaimana?” tanya Dio.
“Tidak apa-apa biar kakek yang jagain kamu ya sudah kamu tidur dulu sana”jawab kakek,
Dio pun langsung tertidur sementara itu kakek yang terjaga akhirnya tertidur pulas.
Keesokan harinya mereka pun terbangun.
“Kakek semalam tidur?” tanya Dio.
“Iya kakek ngantuk sekali sih ,akhirnya kakek memutuskan untuk tidur deh” kata kakek yang sambil menundukkan kepala karena malu
“Ya sudah kek. Ayo, kita lanjutkan perjalanan.” kata Dio ,setelah berjalan cukup jauh kakek pun berhenti.
“Kenapa kek, kok kita berhenti?” tanya Dio.
“Kakek udah lupa ini jalan lewat mana.” kata kakek sambil mengingat –ingat kembali
“Ya sudah kita jalan aja semoga aja kita bertemu seseorang.” kata kakek.
Akhirnya mereka pun terus berjalan ,setelah berjalan cukup jauh mereka melihat sebuah gubuk kecil ,mereka pun menghampiri gubuk tersebut dan mereka pun mengetuk pintu gubuk itu
Tak lama kemudian keluarlah seorang laki-laki berpostur tinggi dan berpakaian lusuh dan berkata.
“Aya anu tiasa dibatosan ku abdi?” kata lelaki tersebut
(ada yang bisa saya bantu.)
“Punten bade nyungkeun tulung ,kumargi abdi sareng pun incu nuju kasasar.” jawab kakek
(Permisi boleh minta tolong, saya dan cucu saya kesasar.)
“Mangga pak bade di bantosan bu abdi.” kata lelaki tersebut.
(Ayo pak saya bantu.)
Akhirnya mereka pun langsung melanjutkan perjalanan ditengah perjalanan mereka berhenti karena lapar dan lelah. Ketika mereka berteduh di bawah pohon pisang yang sedang berbuah, lelaki tersebut mengambil beberapa buah pisang dan membagikannya kepada Dio dan Kakek.
“Oh ya pak. Nama bapak siapa?” tanya Dio.
“Nami abdi Dadang.” jawab lelaki tersebut dengan logat sunda.
“Kalau saya Dio ini kakek saya.” kata Dio,setelah selesai memakan buah tersebut mereka kembali melanjutkan perjalanan tak terasa perjalanan yang lama itu tetrasa cepat karena mereka sudah sampai di rumah. Di depan rumah sudah tampak Ayah dan Ibu yang berada di depan rumah karena khawatir Dio dan Kakek yang pergi meninggalkan rumah. Setelah beberapa hari di kampung Dio, Ayah ,dan Ibu pun pulang kembali ke Jakarta di mobil Dio merasa Bahagia karena sudah berpetualang bersama Kakek.
Karya : Fathan Azira Baron
Kelas : 7B
Contact Information
RT.15/RW.7, Pd. Bambu, Kec. Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta